Universitas Muhammadiyah Enrekang

UNIMEN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG

Enrekang, unimen.ac.id — Perubahan iklim kini semakin terasa dampaknya. Musim tanam jadi tak menentu, serangan hama sulit diprediksi, dan informasi pertanian sulit dijangkau. Namun dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, lahir sebuah inovasi yang memberikan harapan baru: Digital Farmer Field School (DFFS) atau Sekolah Lapang Digital.

DFFS adalah model pembelajaran pertanian digital yang dibangun bersama oleh petani, penyuluh, akademisi, dan pemerintah daerah. Inovasi ini bukan sekadar teknologi, tetapi cara baru untuk belajar bersama. Petani dilibatkan langsung dalam merancang materi pembelajaran, sesuai kebutuhan mereka di lapangan.

“DFFS bukan sekadar aplikasi. Ini ruang belajar sosial yang dibangun dari bawah, oleh masyarakat lokal, dan untuk masyarakat lokal,” jelas Lia Lairing, peneliti yang memimpin pengembangan DFFS bersama tim lintas sektor di Enrekang, Senin (28/7/2025).

(Salah satu hasil inovasi DFFS berupa media informasi pertanian berbasis digital)

Menurutnya, pengembangan DFFS yang dimulai sejak tahun 2018 melalui riset lapangan melibatkan banyak pihak antara lain Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan dan Perikanan, BPBD, para penyuluh, dan kelompok petani dari berbagai desa.

“Riset ini juga didukung oleh Universitas Muhammadiyah Enrekang (UNIMEN), Universitas Hasanuddin, serta mitra internasional yakni Van Hall Larenstein University of Applied Sciences dan Wageningen University and Research dari Belanda,” lanjut Lia yang juga merupakan Dosen Program Studi Agroteknologi UNIMEN.

Inovasi DFFS ini bahkan telah menarik perhatian peneliti dan akademisi dunia, dan dibahas dalam berbagai forum ilmiah internasional.

“Tantangan yang kita hadapi makin kompleks karena perubahan iklim. Kita perlu bertindak sekarang—bukan besok—demi anak cucu kita. Saya juga mengajak semua dosen, dari jurusan apa pun, untuk memasukkan isu lingkungan ke dalam materi kuliah mereka. Semua bidang ilmu bisa ikut memperbaiki bumi ini,” ujar Prof. Loes Witteveen, pakar komunikasi pembangunan dari Belanda dalam kuliah umum internasional di Universitas Muhammadiyah Enrekang pada Ahad, 27 Juli 2025 lalu.

(Photo : Prof. Loes Witteveen, Ahli komunikasi pertanian dari Belanda yang ikut mendukung pengembangan DFFS di kab. Enrekang)

Apa yang membuat DFFS istimewa? DFFS dirancang berbasis kebutuhan petani lokal dan telah diuji langsung di lapangan. Materinya dibuat dengan bahasa yang sederhana dan sesuai dengan tingkat pemahaman digital petani. Belajarnya pun bisa dilakukan secara berkelompok menggunakan tablet. Dalam uji coba, para petani dan penyuluh menyambut positif dan aktif memberikan masukan untuk pengembangan DFFS berikutnya.

DFFS membuktikan bahwa inovasi besar bisa lahir dari desa. Dengan pendekatan transdisipliner, yaitu menggabungkan berbagai bidang ilmu dan pengalaman praktis, Enrekang menunjukkan bahwa solusi untuk masalah global bisa dimulai dari kerja sama lokal.

Kini, tantangannya adalah memastikan DFFS terus diperkuat, diperluas ke wilayah lain, dan masuk ke dalam program pembangunan pertanian daerah.

Kabupaten Enrekang telah membuktikan kepada dunia bahwa dengan bekerja sama dan menyatukan potensi dari setiap pihak—petani, penyuluh, akademisi, pemerintah, hingga mitra internasional—kita bisa melahirkan inovasi yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *